Tampilkan postingan dengan label gagasmedia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gagasmedia. Tampilkan semua postingan

[Book Review] TOMODACHI by Winna Efendi


Info Buku
Penulis: Winna Efendi
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: 376 hlm
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 979-780-732-0
Harga: Rp57.000,-

Sinopsis
Pernahkah kau bertemu seorang perempuan yang tak pernah lelah menyalakan harap di hatinya? 
Dalam Tomodachi, kau akan bertemu perempuan itu. Perempuan biasa, tetapi punya harap luar biasa. Baginya, berlari dan menemukan garis akhir adalah sebuah keharusan. Tidak akan ada kata menyerah.

Pernahkah kau memiliki seseorang yang selalu bisa menghapus cerita sedihmu? Dalam Tomodachi, kau akan menemukan tangan-tangan yang terikat pada satu kata: sahabat.
Mereka yang keberadaannya membuat kau tak lagi merisaukan hari esok yang mungkin masih gelap.

Juga dalam Tomodachi, kau akan bertemu seorang laki-laki yang berlari dengan sepasang sayap. Yang selalu mengejar garis akhir, tetapi tak pernah ragu untuk diam sejenak menunggu.

Tomodachi dipersembahkan untukmu yang sedang melewati masa-masa pahit-manis dalam cinta
dan persahabatan. Juga untuk setiap orang yang pernah melewati dan merindukannya.

Selamat menyusuri kisahnya.
—Editor S.C.H.O.O.L

REVIEW
Haduuu ini novel sweet banget asli! Lagi-lagi jatuh cinta sama karyanya kak Winna Efendi :)
Dibuka dengan pertemuan tak sengaja di depan sekolah, Tomoki menabrak Tomomi hingga terjatuh. Bukannya membantu Tomomi untuk bangkit, Tomoki malah meneriakinya kalau sebentar lagi mereka akan terlambat.

Kesialan hari pertama masuk SMA tidak berhenti sampai disitu, Tomomi ternyata satu kelas dengan Tomoki dan mereka duduk semeja. Tomomi masuk ke dalam klub lari, Tomoki juga demikian. Tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata mereka mempunyai banyak  kesamaan lalu mereka menjadi partner lari untuk Ekiden tingkat nasional.

Setiap kali ingin menyerah, aku selalu mengingat satu hal. Garis akhir terbentang di hadapanku, dan satu langkah lagi akan membawaku sedikit lebih dekat menuju tujuan. - Hal. 149

Tomomi sendiri masuk ke salah satu sekolah favorit di Jepang itu tidaklah lain karena ingin bertemu lagi dengan Hasegawa senpai, crushnya waktu SMP. Usia mereka bertaut 2 tahun. Tetapi bukan hanya Tomomi yang menyukai Hasegawa senpai, Tabi juga demikian. Tabi dikenal sebagi anak aneh berambut merah yang suka mencari masalah. Tabi juga pernah dilabrak salah seorang senior perempuan yang merasa pacarnya telah direbut oleh Tabi.

Selama tiga tahun, aku cukup puas menjadi penonton yang tak terlihat, penyemangat rahasianya. Kupikir, tidak perlu ada yang tahu. Kalau aku mengungkapkan rasa sukaku dan dia tidak menerimanya, bukankah aku tak lagi dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya kulakukan untuknya? - Hal. 27

Tomomi juga mempunyai sahabat bernama Chiyo. Mereka berteman sejak SMP dan Chiyo tahu betul perasaan suka Tomomi terhadap Hasegawa senpai. Karena pertemanan antara Tomomi dan Tomoki kian dekat, meskipun mereka selalu bertengkar karena masalah-masalah sepele, Tomomi dan Chiyo juga dekat dengan Ryuu, sahabat Tomoki.

Tabi sering di bully oleh teman-teman sekelas. Tetapi Tomoki tidak lelah mengajaknya untuk makan siang bersama di tempat Tomoki, Tomomi, Ryuu, dan Chiyo biasa berada. Bahkan sampai hal-hal konyol dilakukan Tomoki agar Tabi mau makan siang bersama mereka. Saat malam festival tiba, Tomomi tidak sengaja mendengar bahwa Tabi dibohongi oleh senior perempuan yang melabraknya dan mengatakan bahwa Hasegawa senpai menunggunya di hutan. Tomomi pun mengajak Tomoki, Ryuu, dan Chiyo untuk mencari Tabi. Mereka menemukan Tabi menangis ketakutan. Sejak saat itulah Tabi berteman dengan mereka. Menjadi bagian dari mereka dan duduk bersama mereka saat makan siang.

Hasegawa senpai ternyata sudah mempunyai pacar. Tetapi tidak menyurutkan semangat Tabi untuk terus menyukainya. Tomomi tersadar ternyata perasaan Tabi untuk Hasegawa senpai belum seberapa jika dibandingkan dengan perasaannya. Lalu Tomomi bertekad bulat untuk menyatakan perasaannya kepada Hasegawa senpai sekaligus melepasnya pergi.

Dadaku terasa sesak. Bagaimana jika aku tidak bertemu dengannya lagi, setelah hari kelulusan? Bagaimana jika hidup kami bergerak ke arah yang berbeda, tak sekalipun bertemu di tengah-tengah? Akankah aku puas hanya menyukainya diam-diam, tanpa pernah menyampaikan perasaan ini kepadanya? Apakah aku akan tetap menyimpan kenangan akan dirinya dalan ingatanku, atau dia akan memudar begitu saja?
Seandainya kami tak akan berjumpa lagi, seandainya dia bersama orang lain, aku ingin dia tahu bahwa seseorang pernah sangat menyukainya. Tidak ada lagi rasa sesal; kali ini aku ingin jujur pada perasaanku sendiri, meskipun setelahnya aku harus mengucapkan selamat tinggal. - Hal. 157
(Ini part paling nyesek yesss :p)

Ekiden Nasional semakin dekat. Tomomi, Tomoki dan Ryuu yang menjadi salah satu dari para pelari terpilih, berlatih sekuat tenaga. Pada hari H, sekolah mereka menyabet juara untuk grup perempuan. Meskipun sedang cedera, tidak mematahkan semangat Tomoki untuk mengikuti pertandingan ini dengan semangat. Walaupun tidak menang, Tomoki mendapat penghargaan sebagai pelari tercepat. Saat itulah Tomomi sadar bahwa dia menyukai Tomoki. Bahwa kenyataannya persahabatan itu lebih dari sekedar pertemanan.

Cinta itu rumit ya. Orang yang kita sukai tidak selalu membalas perasaanmu. Kadang kau jatuh cinta pada orang yang salah. Dan kadang, kau bahkan tak sadar ada orang yang selama ini dengan tulusnya menyukaimu. - Hal. 119

Saat yang sama Ryuu mengakui perasaannya kepada Tomoki. Tomomi tahu sendiri Chiyo sudah lama menyukai Ryuu. Dia tidak mau menyakiti siapapun.

Tomomi: Apakah kita harus jujur, walaupun tahu kejujuran itu akan menyakiti banyak orang?
Oka-san: Bukankah ketidakjujuran justru akan lebih menyakitkan bagi semuanya? - Hal. 305

Bagaimana kelanjutan cinta segiempat antara Tomomi, Tomoki, Ryuu dan Chiyo? Dan, apakah Tabi masih memperjuangkan Hasegawa senpai yang jelas-jelas menolaknya tiga kali? Kalian bisa menemukan jawabannya di novel Tomodachi ini. Sangat manis untuk kalian yang baru masuk SMA dan ingin membuat kenangan-kenangan indah. Apalagi yang lagi sedang naksir-naksirnya sama kakak kelas :p

Perasaan bisa memudar seiring waktu, tetapi ada beberapa hal yang tidak akan pernah hilang, perasaan yang pantas untuk diperjuangkan. - Hal. 329

Yap, ini ke 4 kalinya saya membaca karya kak Winna Efendi setelah Ai, Refrain, dan Unforgettable. Seperti biasa, kak Winna selalu bisa memancing emosi pembacanya dengan kutipan-kutipan yang 'nge-jleb' banget di hati ._.

Oh ya, ada satu typo di hal. 169
Yang harusnya: Kedua orang tuaku

Tapi malah ditulis: Kedua orang uaku

Hanya ingin mengoreksi saja. Tetapi kesalahan kecil itu tetap tidak mampu menghilangkan kemanisan dan debaran-debaran dalam buku ini :3

Recomanded for you to read♥
Rate: 5/5. Love love love! ;)

Another Favorite Quotes
Aku menunduk, tak mampu berkata-kata. Bukankah aneh, saat berada di samping orang yang begitu kusukai, aku justru tak dapat berkata apa-apa? Hanya berada di sebelahnya saja mampu membuat perasaanku tak keruan begini. - Hal. 62

Mengakhiri rasa suka untuk seseorang tidak sesederhana mengucapkan selamat tinggal; apa pun yang kau katakan, perasaan yang ada tidak akan pergi hanya karena kau menginginkannya. - Hal. 123

Kalau ibumu bahagia, bukankah seharusnya kau ikut senang? - Hal. 184

Orang-orang yang berhasil biasanya adalah orang-orang yang memiliki dedikasi. Kegigihan. Kekerasan hati. - Hal. 256


Begini saja, asalkan selalu berada di sampingnya, aku bahagia. Itu saja sudah cukup. - Hal. 317

Kuharap, kaulah yang akan menjadi sosok yang menunggu di garis akhir, sama halnya kau akan selalu menjadi tujuan aku berlari. - Hal. 355

Cheers,

G.

[Book Review] Unforgettable (Tentang Cinta yang Menunggu) by Winna Efendi


Judul: Unforgettable
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: Gagasmedia
Terbit: 2012, Cetakan Ketiga
Tebal: 173 halaman
ISBN: 978-979-780-541-8
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Romance

This novel is not just a love story.

"Banyak orang yang berharap dapat memutar kembali waktu karena penyesalan, sampai hanya itu yang tertinggal di benak mereka. Sampai penyesalan menggerogoti jiwa mereka, sampai lama-kelamaan mereka mati bersamanya. Penyesalan, sama seperti hidup, sama seperti kenangan, adalah hal yang sangat mengerikan. Biasanya, saat manusia tidak menyukai kenangan akan sesuatu, ia akan berusaha melupakannya. Menyisihkannya pelan-pelan, sampai hilang tak berbekas. Cara terbaik untuk melarikan diri." - hal. 22-23

Cerita sederhana tentang pertemuan seorang perempuan dan laki-laki di sebuah kedai Wine bernama Muse. Perempuan itu selalu menyukai tempat duduk di tepi dekat jendela. Menenggelamkan dirinya pada naskah-naskah fiksi yang dibawanya dari masa lalu. Perempuan itu adalah adik sang pemilik kedai Muse.

"Impuls adalah, saat ia memandang laki-laki di hadapannya, tanpa tahu perasaan apa yang seharusnya dirasakannya." - hal. 35

Sedangkan si laki-laki, adalah seorang pemimpin perusahaan yang menggantikan jabatan Ayahnya dan melampiaskan kebiasaan buruknya itu di kedai Muse; insomnia. Sebenarnya sudah lama perempuan itu memperhatikan si laki-laki, sampai akhirnya tatapan mereka bertemu lalu laki-laki itu memberanikan diri menuju ke tempat si perempuan dan duduk di hadapannya. Mereka memulai percakapan dengan membahas masa lalu. Tanpa saling mengetahui identitas dan nama satu sama lain. Percakapan-percakapan sederhana itu berlanjut hingga larut malam. Begitu pula keesokan harinya. Sudah menjadi kebiasaan si laki-laki menyempatkan diri ke kedai Muse untuk menyesap segelas wine ataupun membuka obrolan dengan si perempuan.

"Itulah yang sangat menakjubkan mengenai dunia, bukan? Begitu kita kehilangan seseorang, ia akan pupus selamanya. Mungkin, ada orang yang mirip dengannya, mungkin ada orang yang menggantikan posisinya, tetapi selamanya bayang itu akan tetap menjadi bayang." - hal. 63

Tetapi secara tiba-tiba si laki-laki itu tidak pernah muncul lagi di kedai Muse. Perempuan itu akhirnya sadar ternyata dia merindukan laki-laki itu. Merindukan senyum kecil di sudut bibirnya, gelak tawa serta obrolan larut malam yang selalu mereka lakukan semenjak percakapan pertama mereka.

"Kita tidak akan pernah benar-benar berhenti mencintai seseorang. Kita hanya belajar untuk hidup tanpa mereka." - hal. 63

Laki-laki itu sudah tidak bisa lagi bertemu dengan si perempuan. Karena tekanan hidup yang harus membuatnya bertanggung jawab atas apa yang sudah dia pilih sebagai jalan 'aman'.

"Yang mana yang lebih baik; pernah memiliki, lalu kehilangan atau tidak pernah memiliki sama sekali?" - hal. 159

Ini karya ketiga dari Mbak Winna Efendi yang saya baca setelah Ai dan Refrain. Unforgettable dikemas Mbak Winna dengan kalimat-kalimat yang sangat manis. Saya berkali-kali buka Memo handphone untuk mencatat quotes-quotesnya. Good job Mbak Winna! Thanks for the sad ending :')

Another favorite quotes:
  • "Bukan berarti ia hidup dengan sempurna karena kesempurnaan adalah semu." - hal. 26
  • "Terkadang, orang dewasa seperti sesosok badan tak berjiwa. Semakin dewasa seseorang, semakin pudar jiwanya, menjadi robot yang berkutat dengan rutinitas." - hal.36.
  • "Hanya jika kita mampu tersenyum pada memori itu tanpa rasa sesal, kita telah merelakan seutuhnya." - hal. 137
And this is the HURT one:

"Dan mereka hanyalah dua orang asing yang tak saling mengenal. Kebetulan bertemu di suatu tempat, pada suatu titik waktu; masing-masing menggenggam ujung seutas benang merah." - hal.171

- G♥

[Book Review] Promises, Promises (Mencintaimu Sekali Lagi) by Dahlian



Judul : Promises, Promises – Mencintaimu Sekali Lagi
Penulis : Dahlian
Tahun Terbit : 2011
Penerbit : GagasMedia
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 354 Halaman
Ukuran Buku : 13 x 19 cm
Kategori Buku : Novel

"Ataukah cinta itu memang tidak pernah hilang dari hatinya? Hanya mengendap di dasar hatinya, dan menunggu saat yang tepat untuk kembali muncul ke permukaan?"
- hal. 106

Fiona, seorang designer interior dikejutkan dengan kehadiran orang yang tidak pernah diduganya sama sekali. Orang yang paling tidak ingin ia temui. Evan. Kenyataan juga menyadarkan Fiona bahwa Evan masih berstatus suami dari Bianca, seorang artis yang sedang naik daun, meski persidangan sedang dijalankan.

Surga menurut Evan bisa bertemu lagi dengan Fiona. Tetapi kebalikan bagi Fiona. Ia sangat membenci laki-laki itu. Laki-laki yang sudah membiarkan dia menderita selama belasan tahun.

Tetapi Evan tidak menyerah, apalagi saat dia mengetahui bahwa Kejora, anak Fiona yang masih duduk dibangku SMP juga merupakan darah dagingnya. Usaha Evan tidak semudah yang dia kira. Evan tahu kalau Fiona sangat membencinya tapi Evan sudah menyesalinya dan membicarakan secara langsung di depan Fiona. Fiona terus-menerus menghindar dari Evan. Dia tidak mau jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan laki-laki yang sudah sangat membuatnya menderita.

"Ia tidak menginginkan keakraban ini. Keakraban hanya akan membuat dinding yang dibangun untuk melindungi hatinya runtuh dengan perlahan. Hanya akan membuatnya lupa bahwa lelaki ini tidak pernah mencintainya. Tidak secuil pun!"
- hal. 56

Berkat Kejora, Evan akhirnya mampu meluluhkan hati Fiona. Fiona sadar kalau Kejora memang membutuhkan fitur Ayah di dalam hidupnya. Fiona tidak mau kesalahan masa lalu tertimpa lagi di masa depan anaknya. Saat sudah berada di puncak bahagia, Fiona ditampar lagi dengan pernyataan Bianca bahwa dia dan Evan merubah keputusan untuk rujuk kembali. Fiona marah, dia merasa dipermainkan oleh Evan. Dia pikir Evan memang mencintainya, ternyata Evan hanya menginginkan Kejora. Fiona berusaha untuk menghindar dari Evan lagi.

"Yah, sayang, penyesalan memang selalu datang terlambat, dan waktu nggak bisa diputar kembali. Apa yang udah hilang, nggak mungkin kembali."
- hal. 142

Tetapi Kejora kecewa dengan sikap Ibunya. Dia sudah terlanjur menganggap Evan sebagai Ayahnya, Kejora tidak tahu sama sekali cerita masa lalu Evan dan Ibunya. Kejora sengaja tidak pulang setelah jam sekolag usai.

"Seorang anak yang memiliki kedekatan hubungan dengan ayahnya, akan memiliki emosi yang lebih stabil saat dewasa nanti. Akan lebih siap dalam menghadapi tekanan hidup. Dan, khususnya untuk anak perempuan, ada banyak hal yang bisa mereka dapatkan dari ayah mereka."
 - hal. 307

Fiona panik, ia tidak tahu harus bagaimana. Dalam kepanikannya itu datanglah Evan membantunya mencari Kejora. Ternyata alasan Kejora kabur dari rumah memang karena dia merindukan Ayahnya.

"Rara nggak apa-apa kok Mom nggak punya BlackBerry. Rara juga nggak apa-apa, nggak sekolah di international school. Rara cuma pengen… punya papa." 
- hal. 316

Sebuah pernyataan pun keluar dari mulut Raymond, bos Fiona bahwa ternyata yang dikatakan Bianca adalah bohong. Bianca sudah resmi bercerai dengan Evan. Fiona pun segera menemui Evan secepatnya. Meminta maaf atas perlakuannya yang tidak pernah mau mempercayai Evan.

Membaca novel ini rasanya mengalir begitu saja. Bahasa yang digunakan Kak Dahlian juga mudah untuk dimengerti. Kalau ada yang mau tau kelanjutan Fiona dan Evan sampai dimana sebaiknya cepat baca novel ini :D

Recomended banget buat yang udah tergila-gila dengan novel jenis romance seperti saya. Saya menghabiskan novel ini dalam 1 hari saja di hari pertama puasa :p Cheers! ;)

The sweetest words from Evan:

"If I only could make one wish, I’d ask God to not givibg you a pair of wing, so you couldn’t fly away from me any longer.
 - hal. 351

Rating: 4/5

Xoxo,
G ;3