Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan

[Share] Free Trial English Test at Wall Street English Indonesia


Wall Street English Central Park, West Jakarta

Awal gue menemukan acara tes gratis ini adalah saat lagi iseng-isengnya lagi nginput data buka jobstreet. Gue liat di pojok kanan website ada tulisan iklan: "Mau tes kemampuan Bahasa Inggrismu gratis?" Wah, gue sih kalau ditawarin yang gratis-gratis nggak bakal bisa nolak, apalagi bisa nambah nutrisi otak juga. Yang Wall Street Englih Institutenya langsung lagi. So, gue iseng-iseng aja isi formulir pendaftaran onlinenya. Setelah klik send pendaftaran, malah nggak muncul apa-apa. Panik, gue klik berkali-kali nggak muncul apa-apa lagi. Yowes gue pasrah kayaknya emang belum rejeki bisa tes gratis.


Tapi... Hari kamis sore, ada nomor asing yang nelpon gue. Gue angkat, si penelpon gue ini ngenalin diri namanya Pipit dari Wall Street English. Asli kaget. Gue kira nggak ke daftar sama sekali, but... I'm very happy! Dia nanya ada kepentingan apa gue mau tes bahasa inggris itu. Jawaban gue simple, karena gue emang suka bahasa inggris. Ngedenger alasan gue, Mbak Pipitnya malah ketawa dan ngerespon "Oh... gitu". Dia juga nambahin kalo tes ini gratis tanpa pungutan apapun dan tesnya pakai komputer. Jadi gue nggak usah repot-repot bawa alat tulis serta papan jalan. Gue juga bisa langsung dapet sertifikat dari sana. Mbak Pipit juga nanya-nanya kegiatan apa yang gue lakuin sekarang dan gue freenya kapan. So I chose Saturday. Ternyata bisa ngajak temen juga maksimal 3 orang. And you know? It's all FREE. Kecuali kalau lebih dari 3 orang, baru diminta biaya tambahan. Nggak pakai lama, gue langsung bbm siapa aja yang kayaknya demen sama acara tes-tes ginian. Dan yang bisa Sekar. Jadi kita janjian di halte Central Park.

Besoknya gue diingatkan lagi sama Mbak Pipit, begitupula saat hari tesnya. Gue berangkat dari rumah jam setengah 12. Dan saat itu langit jakarta emang lagi mendung-mendungnya. Bener aja, tiba-tiba ujan angin dan Sekar bbm send pict kalau dia kebanjiran sampai airnya masuk ke rumah. Yah, mau gimana lagi? Akhirnya kita berdua mutusin buat sms Mbak Pipit untuk minta maaf. Nggak direspon lama banget, akhirnya dia nelpon. Kata dia gapapa, tapi minta konfirmasi juga kalau guenya bisa ikut atau nggak. Dan bilang supaya gue hati-hati dijalan. Baik banget, batin gue. Padahal gratis, udah gitu gue juga yang butuh tes ini._.

Setalah sampai di Central Park, gue langsung ke lantai 3 dan mencari Wall Street English. Yang gue liat pertama kali saat masuk tempat kursusu itu cuma ada beberapa orang yang emang kayaknya adalah anggota kursus Wall Street dan dua orang resepsionis. Gue diminta isi data. Sete;ah  isi data gue dipersilahkan duduk menunggu. Agak lama sih, sempet nyesel juga nggak bawa novel, huahahaha :D *teteup*

Akhirnya pembimbing gue datang. Namanya Mbak Delizha kalau nggak salah._. Gue dipersilahkan masuk ruangan kaca kecil gitu. Dia ngejelasin mekanisme tesnya. Setelah cukup ngerti gue dibawa dia ke ruang seberang, tempat tesnya. Lebih mirip lab komputer sekolah-sekolah sih menurut gue. Di sana gue diminta isi data online. Setelah itu baru tes bisa dimulai.

Tes ini terbagi jadi 3 sesi. Grammar, Listening dan Reading Comperhesion/Vocabulary. Ngerjain grammar masih bisa dikit-dikit, nah pas udah di listening, kepala mulai pening. Tapi dibreak lagi sama reading setelah itu. Bener aja, saat hasilnya keluar, grafik listening gue paling rendah.

My result


Kata Mbak Delizha, gue masih ada di tingkat Upper Waystage 1, kalau dipraktek Bahasa Inggris, gue baru bisa sampai ke tahap conversation dan kalau diskor-in ke TOEFL nilai gue masih ada di sekitar 430-an. Alhamdulillah. ^^

Mbak Delizhanya juga baik. Senyum terus. Tapi nggak ketemu sama Mbak Pipit, mungkin dia ada di tempat kursus Mall lain. Tapi bener-bener salut sama kerjanya para crew Wall Street English ini. Mereka nggak promosi buat ikutan kursusnya kayak tempat kursus yang udah-udah. Malah gue yang nanya kalau mau ikut kursus biayanya berapa. Sekedar info, kalau mau naik satu tingkat itu biayanya bisa sampai 8 juta. Dia juga bilang sayang kalau cuma nambah satu tingkat, gue mesti naik 3 tingkat lagi buat sampai ke Threshold 1 dan biayanya itu bisa sampai 22 juta. Gue cuma nyengir. Tapi beneran deh, dia nggak ada acara maksa-maksa buat ikut kursus Wall Street English itu. Mereka profesional.

Setelah tes dan terima sertifikat gue langsung ke Gramedia doing pastinya, yuhuuuu~ manjain pikiran :3 mana ada tulisan diskon 30% lagi. Tanpa komando langsung nyamperin. Honestly, I'm kind of girl that lebih-suka-liat-diskonan-buku-daripada-diskonan-baju. Ada beberapa buku yang di diskon Gramedia Central Park ini. But most of them are about Islam.


Alhamdiulillah kebeli ini :)
Yappp, pokoknya kemarin seneng banget. Bisa ngayap plus dapet pengalaman serta ilmu baru juga. For Wall Street English Jakarta Central Park, I would like to say thank you so much. The test is very useful for me. And I love the way your crew service guests. Great work! ;))




G.

[Film Review] Malaikat Tanpa Sayap (First Movie Review :D)




Judul : Malaikat Tanpa Sayap
Sutradara : Rako Prijanto
Produser : Chand Parwez Servia
Pemeran :
  1. Adipati Dolken sebagai Vino
  2. Maudy Ayunda sebagai Mura
  3. Ikang Fawzi sebagai Papa Mura
  4. Surya Saputra sebagai Amir (Ayah Vino)
  5. Agus Kuncoro sebagai Calo
  6. Kinaryosih sebagai Myra (Ibu Vino)
  7. Geccha Qheagaveta sebagai Wina (Adik Vino)

Film ini bercerita tentang suatu keluarga kaya yang harus rela rumahnya disita oleh Bank dan pindah ke rumah kontrakan karena sang Ayah mengalami kebangkrutan. Vino (anak sulung) juga harus dikeluarkan oleh pihak sekolah karena sudah tidak membayar uang SPP selama 3 bulan. Saat Vino baru pulang dari sekolah, dia melihat Ibunya ingin pergi dari kontrakan. Ayahnya sudah mencoba menahan, tetapi sang Ibu tetap memaksa karena tidak kuat dengan keadaan ekonomi dan rumah yang sekarang. Melihat pertengkaran kedua orangtuanya, Wina (anak bungsu) menangis didekat kamar mandi. Wina pun terjatuh di kamar mandi yang mengakibatkan kakinya harus dioperasi. 




Dalam keadaan ekonomi yang semakin sulit, seorang Calo menawarkan Vino untuk mendonorkan jantungnya. Dengan tebusan uang yang cukup untuk operasi kaki Wina dan mengembalikan keadaan keluarganya seperti sedia kala. Vino menolaknya. Tetapi sang Calo tetap memberi kesempatan pada Vino untuk berpikir lagi. Saat Vino sedang menunggu adiknya, dia bertemu dengan Maura. Vino jatuh cinta pada pandangan pertama. Hubungan mereka semakin lama pun semakin dekat. 



Sang Ayah sudah kehabisan uang. Beliau sudah meminjam uang ke banyak orang tetapi uang tersebut tidak bisa mencukupi biaya operasi Wina. Mendengar perkataan Ayahnya, Vino pun mengambil keputusan untuk menyetujui pendonoran jantung kepada Calo tanpa diketahui Ayah maupun adiknya. Uang pendonoran jantung tersebut dibayar di muka sehingga Vino bisa melunasi rumahnya yang dulu disita oleh Bank. 


Setelah keadaan keluarganya kembali normal, Vino dikejutkan dengan kenyataan bahwa Maura mengidap penyakit jantung. Maura sedang menunggu seorang pendonor yang mau memberikan jantung untuknya. Vino pun mengurungkan niatnya kabur dari Calo setalah mengetahui bahwa jantungnya lah yang akan didonorkan untuk jantung Maura.


Wina sedih diejek oleh teman-temannya karena Ayahnya bekerja sebagai supir taksi. Wina malu dan meminta agar Vino saja yang menghadiri rapat orangtua. Sang Ayah kecewa pada sikap Vino karena Vino tidak mau menghargai tanggung jawab beliau sebagai seorang Ayah. Sang Ibu yang sudah berpacaran dengan laki-laki lain itupun datang untuk mengambil Wina. Tetapi Vino memberontak dan menolak karena Ibunya tidak ada disaat Wina jatuh dari rumah sakit.



Waktu Vino untuk menandatangni kontrak hanya setengah bulan. Selama itu juga Vino sering menghabiskan waktu dengan Maura. Maura tidak tahu yang akan mendonorkan jantung kepadanya adalah Vino. Waktu yang ditunggu tiba. Vino menandatangani kontrak dan menerima obat yang diberikan oleh Calo.


Tibalah hari dimana Vino harus mendonorkan jantungnya. Vino pun meminum obat yang diberikan calo sampai dia overdosis. Pada saat yang bersamaan, sang Ayah yang baru saja pulang melihat istrinya sedang menarik-narik paksa tangan Wina agar Wina mau ikut dengannya. Terjadilah keributan diantara mereka, lalu pacar gelap dari istrinya itu pun menembak sang Ayah dengan pistol hingga jatuh berlumuran darah ke lantai. Pada saat Vino dan Ayahnya dibawa ke rumah sakit, sang Ayah meminta kepada Calo agar jantungnya sajalah yang didonorkan, bukan jantung Vino. Tanpa Vino sadari, Ayahnya sudah membaca surat yang ingin dia sampaikan disaat mendonorkan jantung.


***

Kalau nggak nangis pas nonton film ini berarti nggak punya perasaan! Siap-siap tissue aja ya. Yang paling bikin banjir air mata itu pas gue tau ternyata yang donorin jantung ke Maura bukan Vino tapi Ayahnya. Hikmah dari film itu menurut gue, kita bisa lihat dan membuka mata lebar-lebar betapa tulusnya cinta, kasih sayang, dan pengorbanan orangtua kepada kita. Cinta orang tua lah yang paling sejati. Dan sekarang kalau gue denger lagu ‘Malaikat Juga Tahu’ nya Dewi Lestari yang terbayang dikepala gue bukan lagi cinta antara dua insan manusia lagi, tapi cinta yang tulus dari orangtua kepada anaknya. Karena orangtua kita lah, Malaikat Tanpa Sayap itu. So, cintai kedua orangtua kalian selama kalian dan orangtua kalian masih ada♥:’)

Xoxo,
G♥